Friday 3 February 2012

BAB Bayi

Buang Air Besar atau BAB pada setiap orang memiliki frekuensi yang bervariasi. Beberapa orang BAB sampai tiga kali sehari, yang lain mungkin hanya tiga kali seminggu. BAB masih termasuk normal apabila orang tersebut masih merasa nyaman. Namun, bila Anda merasa perut kembung dan kesulitan untuk mengeluarkan kotoran, ini berarti Anda sudah mengalami kondisi yang disebut sembelit (konstipasi). 

Pada orang dewasa konstipasi didefinisikan sebagai buang air besar keras (segi konsistensi) atau tidak buang air besar lebih dari 3 hari (segi frekuensi). Sedangkan pada bayi dan anak, pengertian konstipasi adalah (1) rasa nyeri menangis saat buang air besar, ATAU (2) tidak dapat mengeluarkan tinja setelah mengedan lebih dari 10 menit, ATAU (3)tidak buang air besar lebih dari 3 hari (kecuali bayi ASI eksklusif yang berusia lebih dari 1 bulan). Pada anak dan bayi tidaklah mudah menentukan konstipasi atau bukan, karena anak mempunyai pola buang air besar yang berbeda dengan orang dewasa. Periksakanlah anak anda ke dokter bila anda mencurigai ada masalah konstipasi.


Gejala sembelit mungkin termasuk nyeri perut dan kembung. Bagian dari kotoran yang besar mungkin merobek selaput lendir anus, terutama pada anak-anak, sehingga menyebabkan perdarahan di dubur.
Kondisi berikut ini bisa jadi masih normal, meski menyerupai konstipasi :
  1. Bayi Asi eksklusif dan berusia lebih dari 1 bulan tidak buang air besar lebih dari 4-7 hari yang pola buang air besarnya lunak dan tidak nyeri (saat buang air besar tidak menangis). Kondisi tersebut masih bisa normal.
  2. Bayi saat buang air besar merintih atau mengedan masih bisa normal. Karena bayi saat buang air besar dalam posisi telentang sehingga tidak mendapatkan gaya gravitasi.
  3. Ukuran tinja yang besar tidak selalu konstipasi. Besar kecilnya tinja dipengaruhi oleh jumlah makanan yang dimakan dan frekuensi buang air besar. Semakin banyak makanan yang dikonsumsi semakin besar ukuran tinja.
  4. Tinja yang keras dan kering juga normal bila bisa keluar dengan mudah tanpa mengedan.
Berikut ini gejala susah buang air besar (konstipasi) pada anak dan bayi :
  1. Pada anak yang lebih besar, buang air besar keras dan padat, dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 hari sekali.
  2. Buang air besar keras dan padat disertai rasa nyeri saat buang air besar.
  3. Sakit perut (nyeri dapat hilang dan timbul)
  4. Anak merasa kurang lapar berbeda dengan hari-hari sebelumnya
  5. Anak rewel atau gelisah
  6. Adanya luka pada anus dan biasanya berdarah saat buang air besar, disebut fisura ani (anal fissures). Penyebab timbulnya luka di anus adalah tinja yang keras.
  7. Anak menunjukkan perilaku yang tidak ingin buang air besar atau perilaku takut buang air besar seperti menolak duduk di toilet, atau menyilangkan kedua kakinya.
  8. Terdapat darah di bagian luar tinja yang keras.
  9. Encopresis atau faecal incontinensia
Penyebab
Berikut ini berbagai kondisi yang dapat menyebabkan susah buang air besar pada anak dan bayi :
  1. Natural tendency. Sebagian anak mempunyai kecenderungan gerakan ususnya lebih lambat sehingga terjadi konstipasi. Sebagian besar konstipasi pada kasus tersebut tidak ditemukan kondisi medis yang serius.
  2. Kebiasaan anak. Sebagian anak mengabaikan keinginan buang air besar karena terlalu asik bermain. Akibatnya tinja terkumpul, menjadi lebih keras dan besar. Anak perlu dibiasakan untuk buang air besar secara teratur (toilet training).
  3. Perilaku menahan buang air besar (holding-on behaviour). Beberapa anak merasa takut buang air besar karena pernah buang air besar yang keras dan nyeri. Akibatnya anak menahan keinginan buang air besar. Perilaku demikian justru membuat tinja semakin keras dan membuat buang air besar semakin nyeri.
  4. Perubahan lingkungan, seperti anak diminta menahan buang air besar saat di sekolah atau sedang di perjalanan.
  5. Diet. Pada beberapa anak konstipasi terjadi karena sangat kurang konsumsi serat (sayuran dan buah-buahan) dan terlalu banyak minum susu sapi.
  6. Luka atau lecet di anus, disebut fisura ani. Luka/lecet di anus dapat menyebab nyeri saat buang air besar sehingga membuat anak takut dan menahan keinginan buang air besar.
  7. Adanya penyakit tertentu. Sebagian besar kasus susah buang air besar bersifat fungsional, yang berarti tidak ditemukan penyakit tertentu. Sebagian kecil disebabkan oleh penyakit tertentu dan memerlukan penanganan sesuai penyakit penyebabnya. Penyakit yang dapat menyebabkan susah buang air besar diantaranya : penyakit hirschprung, ganguan korda spinalis, defisiensi hormon tiroid, dan beberapa penyakit metabolik.
Penanganan Susah Buang Air Besar
Masalah susah buang air besar pada anak memerlukan terapi jangka panjang. Terapinya meliputi melatih kebiasaan buang air besar yang baik dan sehat, pola makan yang sehat (diet sehat), dan pengobatan sesuai dengan indikasi.

Melatih kebiasaan buang air besar (BAB) yang baik dan sehat
Anak yang mempunyai problem susah buang air besar perlu dilatih kebiasaan BAB-nya. Salah satunya adalah anak diajarkan untuk duduk di toilet secara teratur, biasanya setelah sarapan selama 3-5 menit. Toilet training tersebut sebaiknya dilakukan secara rutin meskipun anak tidak ingin buang air besar. Anda dapat menghiasi toilet dengan berbagai tempelan atau mainan agar anak merasa nyaman. Dengan pola demikian diharapkan anak dapat belajar merespon keinginan BAB. Apabila anak mengatakan ingin BAB ketika sedang di perjalanan, mall, sekolah, jangan menunda ke toilet karena kebiasaan menunda dapat menyebabkan susah buang air besar.

Kadang beberapa anak mengalami rasa takut BAB karena berbagai hal. Biasanya ada faktor trauma kejadian yang pernah dialami sebelumnya. Bila anak takut jatuh, buatkan pegangan di dinding kamar mandi dan alas antislip di lantai kamar mandi. Yakinkan pada anak bahwa kamar mandi aman dan kejadian sebelumnya tidak akan terjadi lagi. Bila anak merasa nyeri saat BAB karena ada luka di anus, mungkin anak perlu obat laksatif (agar tinja lebih lunak) yang tentunya sesuai resep/instruksi dokter.

Diet yang sehat
Memberi anak anda serat yang seimbang dalam diet mereka akan membantu mencegah susah buang air besar bagi beberapa anak yang memiliki kecenderungan natural mengalami susah buang air besar. Berikut ini tips pola diet serat seimbang pada anak untuk :
  • Sedikitnya 2 penyajian buah per harinya. Buah yang kulitnya bisa dikonsumsi melekat seperti plum, pir, apricot, dan apel, memiliki banyak serat.
  • Sedikitnya 3 penyajian sayur per harinya
  • Lebih sedikit “sereal yang diproses” seperti sereal kulit padi, parutan gandum, sereal biji-bijian atau oatmeal menghindari sereal yang disuing seperti corn flake dan rice bubbles.
  • Menggunakan roti keseluruhan ketimbang roti putih.
Mengurangi konsumsi susu sapi dengan jumlah maksimum 500 ml per hari (bagi anak di atas usia 18bulan) dan menghindari minuman manis sebelum makan untuk meningkatkan selera makan anak sebelum saatnya makan.

Pengobatan
Pengobatan dengan laksatif/pencahar diperlukan pada kondisi konstipasi akut. Pengobatan tersebut harus diiringi dengan diet yang sehat dan toilet training. Diskusikan dengan dokter anda mengenai pengobatan laksatif.

Bayi
Jika bayi anda (kurang dari 12 bulan) mengalami susah buang air besar,  maka anda sebaiknya berkonsultasi pada dokter keluarga/dokter anak anda. Bagi bayi di atas 6 bulan, asupan buah dan sayur dalam diet dapat ditingkatkan.

No comments:

Post a Comment