Monday 24 June 2013

Kebiasaan menjelang tidur pada anak



Pengaruh Kebiasaan Anak terhadap benda kesangannya
 
Setiap anak biasanya memiliki benda kesayangan (comforting object). Ternyata, apapun bentuknya, benda tersebut memberikan kenyamanan emosional seperti yang anak rasakan ketika dia dekat dengan orangtuanya. Benda tersebut bisa membantu anak menenangkan dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada bujuk rayu orang terdekatnya. Tak hanya itu, benda kesayangan tersebut juga bisa jadi tempat pelampiasan marah anak dan teman pengantar tidur.

Kebiasaan seperti mengisap jari, mengelus-elus suatu benda seperti bantal atau guling, menggoyang-goyangkan kaki, atau mencium-cium boneka, biasanya diawali sebagai pengantar tidur. Lama-kelamaan hal itu dapat berlanjut pada kegiatan lain, yang tak jarang melibatkan orang di luar keluarga inti.


Memiliki comforting object bukanlah tanda bahwa anak adalah pribadi yang lemah lho. Justru bisa membantu anak untuk bisa lebih mandiri (paling tidak sampai usia tertentu ya, tetap harus ada batasannya). Berikut tip mengenai comforting object:
  • Biarkan anak memilih barang yang dia rasa bisa membuat dirinya nyaman. Jika dia sudah memilih dan belum terbiasa dengan konsep ini, sodorkan barang tersebut setiap kali anak merasa sedih, kesal, atau saat persiapan tidur.
  • Ciptakan ritual sebelum tidur. Jangan lupa untuk menyertakan barang kesayangan yang telah dipilih anak di dalamnya, misal: dengan guling kesayangannya, atau boneka atau mainan lain atau bahkan hanya mencubit cubit sarung bantal saja.
  • Jangan menyembunyikan atau menentang kebiasaan anak memiliki comforting object.
  • Beritahukan pada anak tempat dia bisa menyimpan barang kesayangannya itu agar tidak mudah tercecer. Ini juga mengajarkan rasa tanggung jawab.
Periode anak membutuhkan comforting object:
  • Anak akan mulai bergantung dengan barang kesayangannya saat berusia enam bulan—tapi belum tentu dia akan merasa kehilangan jika Anda mengambil dan menyimpan barang kesayangannya itu.
  • Saat anak berusia 8 bulan, dia sudah mulai memiliki hubungan cukup erat dengan barang kesayangannya. Dan barang tersebut bisa menenangkan dirinya saat waktunya tidur.
  • Usia di mana anak paling membutuhkan comforter adalah 1 hingga 3 tahun, di mana anak harus belajar merasa nyaman berada jauh dari Anda.
  • Usia 3 hingga 4 tahun anak mulai lebih mandiri. Dia mungkin sudah siap untuk melepaskan benda kesayangannya itu.
  • Jika anak memasuki usia sekolah (TK-SD) dan dia terlihat masih sangat bergantung pada benda kesayangannya, Anda mungkin harus mengambil langkah lebih lanjut untuk membantu anak dalam menangani kecemasannya. Bantu anak mencari cara lain untuk menenangkan dirinya.
Pengaruh terhadap Perkembangan jiwa

Berbagai kebiasaan menjelang tidur pada anak-anak, bagi sebagian orang, dianggap sebagai sesuatu yang tak perlu dirisaukan.

Kebiasaan tersebut merupakan perilaku yang timbul dalam masa perkembangan jiwa seorang anak. Ini merupakan suatu kebutuhan psikologis tertentu untuk yang bersangkutan. Kebiasaan ini biasanya muncul ketika anak berada pada tahap attachment atau pelekatan pada sesuatu. Ini biasa terjadi saat anak berusia sekitar satu tahun.

Namun, pada sebagian anak, proses pelekatan itu terjadi bukan pada orangtua, tetapi pada bantal, guling, boneka, jari tangan, dan sebagainya. Akibatnya, benda-benda tersebut atau kegiatan itu mengandung nilai emosional yang tinggi bagi si anak.

Perilaku itu biasanya juga didukung sikap orangtua yang membiarkannya. Orangtua merasa anak tak lagi terlalu bergantung padanya dan dia pun bisa melakukan hal-hal lain.

Kebiasaan tersebut bisa bersifat temporer, tetapi dapat menetap. Kalau kebiasaan ini berkembang secara patologis, orangtua harus waspada karena bisa menjadi salah satu pertanda autis.

Kalau kebiasaan tersebut sifatnya temporer, relatif tak masalah. Namun, bila kebiasaan itu terbawa hingga dewasa, anak bisa terganggu dalam bersosialisasi. Ketika teman-temannya tahu kebiasaan anak yang dianggap aneh tersebut, dia bisa menjadi bahan olok-olok. Kondisi ini bisa mengganggu rasa percaya diri anak.

Walau tidak berbahaya, jika kebiasaan ini terbawa hingga dewasa, bisa mengganggu rasa percaya diri anak. Seorang remaja yang mempunyai kebiasaan mengisap jempol sebelum tidur bisa menjadi bahan ejekan teman-temannya. Menjadi bahan olok-olok terus-menerus bisa membuat dia malu dan tidak percaya diri. Jika tekanan terus berlanjut, bisa menimbulkan depresi.

Nilai emosional tinggi

Namun, untuk menghilangkan kebiasaan itu, sebaiknya orangtua melakukannya dengan bijaksana.

Jika orangtua menganggap masalah itu sebagai masalah besar dan buruk, lalu terus membicarakannya pada anak, maka perhatian anak justru semakin terfokus pada kebiasaannya. Dia akan merasa tidak aman dan takut kehilangan benda kesayangannya. Jika ini diteruskan, justru akan menyakitkan hati anak.

Jika orangtua ingin menghilangkan kebiasaan itu, lakukan ketika anak telah mencapai usia enam tahun. Hal ini karena pada usia enam tahun kepribadian anak sudah terbentuk.

Akan lebih baik bila sebelumnya orangtua sudah menumbuhkan rasa percaya diri anak, yakni dengan berbagai macam kemampuan, sebelum anak menginjak usia enam tahun. Rasa percaya diri akan membuat risiko depresi akibat kehilangan semakin kecil. Ketika rasa percaya diri anak sudah ada, tanyakan kepadanya, apakah masih memerlukan benda atau kebiasaan itu.

No comments:

Post a Comment